Skala Pengukuran

Analisis data melibatkan identifikasi dan pengukuran variasi dalam satu set variabel.  Seorang peneliti tidak mampu mengukur variasi jika variabel tersebut tidak bisa diukur. Tidak hanya itu pengukuran mempengaruhi metode analisis data yang akan digunakan.

Misalkan ketika ingin melibatkan data asal provinsi, status pernikahan, agama ke dalam suatu analisa. Asal provinsi yang mulanya bernilai ‘Jawa Timur’ harus diubah ke suatu nilai misal 1 (a.k.a pengkodean). Begitu juga status pernikahan perlu diubah ke suatu nilai lain (misal 1 = menikah, 0 = belum menikah). Penetapan nilai ini akan mempengaruhi jenis analisa dan cara interpretasi. Tidak hanya itu, operasi matematika yang boleh dan tidak boleh digunakan akan turut mempengaruhi.

Data dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu nonmetric (kualitatif atau kategori) dan metric (kuantitatif) berdasarkan skala pengukuran/tipe atribut nya. Skala pengukuran non metrik terbagi menjadi skala Nominal dan skala Ordinal. Sedangkan  skala pengukuran metrik dibagi menjadi skala Interval dan skala Rasio (a.k.a NOIR).

Tipe atribut ini akan menentukan metode analisis data yang digunakan. Contohnya, metode regresi linier berganda digunakan ketika variabel dependent ber-atribut kuantitatif. Sedangkan metode regresi logistik digunakan ketika variabel dependent ber-atribut kualitatif.

1. Skala Nominal
Skala nominal fungsinya hanya untuk membedakan (memberikan label), tidak bermaksud untuk menyatakan suatu kategori lebih tinggi/lebih rendah daripada lainnya. Misalnya gender, laki-laki = 1 dan perempuan = 0. Dalam hal ini angka 1 dan 0 hanya digunakan untuk membedakan antara laki-laki dan perempuan. Hanya karena laki-laki = 1 dan perempuan = 0 tidak benar bahwa laki-laki lebih tinggi daripada perempuan.

2. Skala Ordinal
Skala ordinal tidak hanya untuk membedakan, namun memberikan pernyataan suatu kategori lebih tinggi/rendah daripada lainnya. Misalnya tingkat pendidikan, SD = 0, SMP = 1, SMA = 2, S1 = 3, S2 = 4. Dalam hal ini, nilai 4 (S2) mempunyai arti lebih tinggi daripada nilai lainnya (SD, SMP, SMA, S1).

Setiap subjek bisa dibandingkan ‘lebih besar’ atau ‘lebih kecil’ daripada lainnya (a.k.a rank). Meskipun begitu, operasi penambahan atau pengurangan tidak dapat diterapkan. Misal, selisih nilai antar objek tidak mempunyai arti apa-apa.  Selisih S2 dan SMA adalah 4-2 = 2, namun tidak berarti bahwa orang yang tingkat pendidikan S2 lebih tinggi 2 derajat daripada SMA.

3. Skala Interval
Skala interval dan rasio termasuk dalam level tertinggi pengukuran dalam hal presisi. Skala interval tidak hanya bisa membedakan dan membandingkan, namun operasi penambahan maupun pengurangan bisa diterapkan. Sedangkan operasi perkalian atau pembagian tidak berlaku di sini.

Contoh skala interval yang paling populer adalah suhu. Misalkan suhu benda A = 40° C dan suhu benda B = 80° C. Kita bisa mengatakan bahwa perbedaan suhu kedua benda adalah 40° C. Namun, kita tidak bisa mengatakan bahwa benda B lebih panas 4 kali daripada benda A (Why ?).

Hal ini karena jika kita konversikan ke suhu Fahrenheit, maka suhu benda A =104° F dan suhu benda B = 176° F. Karena nilai dari 174/104 = 1.67 (tidak sama dengan 4), maka kita tidak bisa mengatakan suhu B 4 kali lebih panas daripada benda A, karena mereka punya interval yang berbeda-beda. Hal inilah yang menyebabkan operasi pembagian/perkalian menjadi tidak relevan untuk digunakan di skala interval.

4. Skala Rasio
Skala rasio adalah skala tertinggi daripada skala lainnya, sehingga semua operasi matematika bisa diterapkan. Contoh skala rasio adalah kecepatan. Misal kecepatan A = 40 km/jam dan B = 80 km/jam. Kita bisa mengatakan bahwa perbedaaan kecepatan A dan B adalah 80 km/jam dan B =  4 kali lebih cepat daripada A. Kecepatan = 0 menunjukkan ketiadaan kecepatan (tidak bergerak).

Perbedaan nyata antara skala rasio dan skala interval adalah skala interval menggunakan arbitrary zero point sedangkan skala rasio menggunakan absolute zero point. Artinya bahwa nilai 0 di skala interval tidak menunjukkan ketiadaan. Misalnya ketika suhu benda 0° C, kita tidak bisa menunjukkan ketiadaan suhu. Karena jika kita konversikan ke interval lain (misal ke fahreinheit) maka 0° C = 32° F. Hal ini menunjukkan bahwa di skala interval, ketiadaaan tidak selalu ditunjukkan oleh nilai 0.